Jajaran pejabat di Departemen Perhubungan diganti. Tetapi menterinya kok masih tetap “bertahan” ya? Padahal baca informasi (kasus Adam Air Hilang) saja nggak becus. Artinya, cuma baca saja, nggak tahu kondisi yang sebenarnya, Malunya seberapa ya kalau salah di depan publik. Mungkin sakit hati ke stafnya yang salah kasih informasi nggak seberapa. Ini bicara malu dan kredibilitas lho.
Kondisi transportasi di Indonesia sudah parah. Tidak perlu jauh-jauh melihat transportasi darat atau laut. Lihat saja di sekitar kita. Sehari-hari kita pasti lihat yang namanya angkutan darat kan? Banyak lho yang tidak layak jalan. Saya pernah perhatikan beberapa angkutan umum yang roda belakangnya sudah botak kanan dan kiri. Nggak tahu depannya. Yang jelas sih kalau beli ban nggak mungkin yang baru. Dan kalau bannya botak, kalau ngerem nyampe nggak? Bisa nabrak lho. Terus yang pasti boros bensin juga.
Lalu kemarin malam saya lihat di newsticker di Metro TV. Ada pernyataan dari Hatta Rajasa, bahwa yang menentukan pengunduran dirinya bukanlah dia, melainkan presiden.
Ini orang ngerti esensi dari “mundur dari jabatan tidak sih”? Kalau mau mundur namanya RESIGN, seperti kalau kita bekerja di kantor.
Tapi kalau yang namanya tergantung presiden, dan apabila presiden memang menginginkan demikian, namanya ya DIPECAT.
Dengan kata lain, dia maunya dipecat saja. Malu-maluin saja. Buat saya, kalau kira-kira mau dipecat, mendingan resign dulu. Malu. Ini pendapat dan pengalaman pribadi. Hehe…..
Ulah pejabat di Indonesia dari jaman baheula sampai jaman modern relatif masih tetap sama. Trendnya tidak berubah. Ogah mundur secara gentlement. Kalau pun ada yang mau mengundurkan diri secara gentlement juga sedikit dan mereka pantas masuk MURI karena pejabat yang seperti ini langka sekali.
Read Full Post »