Iklan Sampoerna A Mild memang selalu menarik dan penuh dengan kreativitas. Dan hebatnya lagi setiap periode tertentu, ada perubahan cerita, topik, dan tema. Dan biasanya, dalam iklan tersebut tersimpan sesuatu hal yang tersurat dan tersirat. Tak lupa, pesan moral pun disisipkan.
Pesan-pesan tersebut biasanya diangkat dari dalam kehidupan masyarakat Indonesia itu sendiri. Sebagai contoh iklan Sampoerna A Mild yang lalu seperti “Gali Lobang Tutup Lobang”, “Mahasiswa Yang Sibuk Mencari Pekerjaan (Kesempatan Selalu Ada Kok)”, “Kacaunya Birokrasi”, “Kisah Petinju Yang menghalalkan Segala Cara”, dan lain-lain. Intinya adalah : Kritik Sosial.
Slogan “Tanya Kenapa” sepertinya meraih sukses besar di pasaran. Terbukti dengan melekatnya kata-kata tersebut dalam kehidupan masyarakat. Misalkan seseorang yang menyindir temannya atau orang lain dengan “Tanya Kenapa“. Bahkan di acara Metro TV “News Dot Com” (mungkin karena kebetulan sponsornya Sampoerna A Mild) Slogan “Tanya Kenapa” pantas untuk dipakai, karena acara tersebut memang berkutat seputar sindir menyindir mengenai “negara tetangga” yang dibalut dengan komedi.
Tema kali ini adalah tentang seorang gadis yang membawa mobil Honda Jazz. Sekilas gadis itu tampak ragu apakah akan berbelok atau tidak, sementara di depannya terpampang dengan jelas rambu lalu lintas “dilarang berputar“. Akhirnya si gadis tersebut dengan beberapa pertimbangan yang dibuatnya, dia pun nekat berputar arah.
Setelah berputar, tiba-tiba saja dari balik semak-semak ada suara peluit. Peluit siapa itu? Ya tidak lain dan tidak bukan (atau bukan sulap bukan sihir?) adalah peluit polisi lalu lintas. Dan muncullah sosok polisi tersebut. Memang sikapnya baik seperti kebanyakan polisi yang menegur pengendara yang “nakal”.
Polisi (P) :”Siang Mbak….. Nggak lihat rambunya?”
Gadis (G) : “Lihat”
P : “Lalu kenapa masih dilanggar?”
G : “Kan…nggak ada yang jaga…..”
“Tanya Kenapa…Tanya Kenapa…..”
Ada beberapa hal yang dapat diambil dari iklan tersebut.
- Masih banyak pelanggar lalu lintas di negeri ini. Kita semua masih harus mengakui secara kesatria bahwa tingkat kesadaran berlalu lintas di negeri kita ini masih amat sangat rendah. Tidak perlu bicara tentang data. Setiap hari kita berjalan dengan menggunakan kendaraan, pasti saja kita bisa melihat bahwa ada saja yang melanggar lalu lintas. Dari mulai kendaraan umum yang berhenti tidak pada tempatnya (kadang berhenti pun juga agak ke tengah sehingga menghalangi kendaraan lain yang hendak melaju), kendaraan umum yang “ngetem” seenak perutnya, saling serobot di pintu masuk tol atau lampu merah, memakai bahu jalan di jalan tol, dan masih banyak lagi. Belum lagi sangat tidak disiplinnya pengendara sepeda motor. Misalkan sepeda motor ingin berputar arah tetapi tanpa mengantisipasinya dengan mengambil posisi kanan. Akibatnya, bisa ditebak sendiri. Kalau tidak mencederai kendaraan lain, perselisihan atau bahkan perkelahian di tengan jalan pun bisa terjadi.
- Banyak aparat kepolisian yang memanfaatkan keadaan ini. Apa yang ada di benak kita apabila ada polisi yang menghentikan kendaraan? Apa yang Anda pikirkan? Itu kalau kendaraan pribadi. Bagaimana kalau yang Anda lihat itu adalah truk atau mobil box? “Tanya Kenapa” pada diri Anda sendiri. Jangan berbicara mengenai “teori-teori” atau “retorika” yang dikatakan pejabat polisi lalu lintas bahwa polisi kita melindungi masyarakat. Mereka tidak pernah merasakan di”semprit” polisi atau dianggap “bermasalah” dengan polisi. Mereka tidak tahu kondisi di lapangan, tidak tahu rasanya “diperas” oleh polisi. Atau bahkan mereka hanya mengatakan bahwa itu hanya oknum saja. Bagaimana kalau dibalik, katakan bahwa polisi yang bersih itu adalah “oknum”? Dengan analogi bahwa yang namanya oknum itu sedikit atau sebagian atau segelintir saja, maka bisa dikatakan bahwa polisi lalu lintas yang benar-benar berkomitmen menjalankan tugasnya hanya sedikit. Bahkan sesuai dengan iklan tersebut, istilah “polisi ngumpet” pun memang ada.
- Adalah kenyataan di lapangan bahwa masyarakat Indonesia, kalau tidak ada polisi yang menjaganya, nyaris yang namanya “hukum rimba” itu berlaku. Pada saat kondisi lalu lintas semrawut, siapa kuat dia menang. Memang tidak semuanya bertindak demikian. Bahkan beberapa mobil yang bisa dikatakan kelas menengah ke atas, bisa berani bertindak nekat dan bermepet-mepet ria. Ada apa gerangan di negara kita ini? Kesalahan di sistem atau peraturan yang kurang tegas? Atau memang kesadaran berlalu lintas kita yang memang nyaris nol? Atau dengan mudahnya kita bisa memberi “uang damai” kepada polisi? Memang, tidak semua polisi seperti itu. Ada juga yang dengan tegas menolak “uang damai” tersebut. Lihat tetangga dekat kita, Singapura. Bisa dikatakan bahwa Singapura adalah negara yang penuh dengan denda dan aturan-aturan tetek bengek yang notabene (mungkin) buat masyarakat Indonesia terlalu memusingkan. Bayangkan, meludah sembarangan saja bisa kena denda. Kalau sanksi tegas memang diperlakukan, mungkin kita dapat berdisiplin seperti Singapura. Apa bisa? Bisa saja. Langsung contek saja Singapura, tidak perlu repot-repot melihat yang jauh-jauh seperti Amerika Serikat atau Inggris. Singapura adalah negara di Kawasan Asia Tenggara alias satu kawasan dengan Indonesia. Memang singapura dapat dikatakan sebagai negara multi ras. Tapi bukan alasan Indonesia tdak dapat menirunya.
NB : Tulisan ini dibuat bukan untuk menyudutkan, menjelekkan, atau bahkan mendiskreditkan nama kepolisian. Tapi lebih kepada melihat kenyataan yang ada di lapangan. Bahwa polisi harus lebih berkomitmen menjalankan tugasnya dan tidak condong kepada “money oriented” dan sekedar mencari-cari kesalahan dan memanfaatkan keadaan dari kesulitan orang lain.
Nice Comment!!
so… ada komentar buat “Harusnya Gampang Dibikin Susah” gak??
Trims
Lho, bukannya di negeri ini prinsipnya “Kalau Bisa Dibuat Susah Kenapa harus Dibuat Gampang?”
Coba lihat : https://alifreza.wordpress.com/2007/03/10/himbauan-wapres/
Kira-kira bisa jalan nggak?
mas iklan ini tuh ada kenyataanya lho, di jogja. kalo gak percaya saya punya bukti otentiknya. hehehe. baca ini:
http://yanworks.web.id/blog/2007/11/realita-iklan-taat-kalo-ada-yang-lihat/
so… ada komentar buat “Harusnya Gampang Dibikin Susah” gak??
Trims
memang negeri ini harus di tertibkan, akan tetapi terlebih dahulu menanamkan kesadaran pada masyarakat, terutama pada diri kita dulu.jangan kita mentaatinya karena sebuah kewajiban, bukan kesadaran diri.ya… tapi inilah yang terjadi di negeri ini, semua harus ada pelicin baru semua jadi tertib.
tanya kenapa…???
tanya kenapa? jawab dong dia tu orangnya pendiam dan orang lihat itu kasihan sebenarnya. diapun susah harus gimana
punya link iklannya gka??
ada di youtube gak yah???